Jumat, 23 Januari 2015

Manfaat dan defisiensi Selenium

DEFINISI
Selenium diperlukan untuk sintesa salah satu dari enzim antioksidan. Penyakit Keshan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan merusak otot jantung, bisa dicegah dengan pemberian selenium tambahan. Penyakit ini terjadi pada 1% dari orang-orang yang tinggal di Cina, dimana kandungan selenium dalam tanah dan dalam tanaman yang tumbuh di tanah,rendah.

KEKURANGAN-SELENIUM Bayi prematur dan orang dewasa yang menerima makanan parenteral total tanpa tambahan selenium, memiliki resiko terjadinya kerusakan jantung dan otot yang disebabkan oleh kekurangan selenium. Gejala-gejala yang timbul akibat kekurangan selenium, merupakan suatu hal yang jarang terjadi, bisa dijelaskan dengan berkurangnya antioksidan dalam jantung, hati dan otot, yang mengakibatkan kematian jaringan dan kegagalan organ. Penyembuhan total bisa dicapaidenganpemberianselenium.

KELEBIHAN-SELENIUM Kelebihan Selenium dapat menimbulkan efek yang sangat berbahaya, yang bisa diakibatkan karena mengkonsumsi tambahan selenium yang tidak diresepkan oleh dokter sebanyak 5-50 miligram/hari.

Gejalanya,terdiridari:
-mual,danmuntah
-rambut,dankukurontok
-ruamdikulit
- kerusakan saraf.
Se (SELENIUM)Selenium merupakan mikromineral yang memiliki kemampuan antioksidan yang berasal dari selenoprotein. Almatsier, 2003 menuliskan bahwa jumlah selenium dalam tubuh sebanyak 3-30 mg, bergantung pada kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi makanan. Konsumsi orang dewasa berkisar antara 20-30 µg bergantung pada kandungan tanah. Beberapa dekade ini selenium dikenal dalam perannya sebagai antioksidan. Dalam Cancer counsil, 2009 menuliskan bahwa Selenium membantu mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Selenium bertindak sebagai antioksidan dan membantu melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas. Selenium sangat penting untuk aktivitas glutation peroksidase, enzim yang melindungi terhadap ROS dan kerusakan terhadap membrane sel.Mekanisme kerja selenium terhadap kanker dapat dilihat pada gambar dibawah ini :KERJA SELENIUMKerja selenium meliputi :
  1. Kemampuan memprotek terhadap kerusakan DNA dengan merangsang efektif imun.
  1. Menghambat pertumbuhan dan apoptosis sel. Menghambat AP-1 (selular oncogen untuk pertumbuhan sel)
  1. Merangsang seleno-diglutatione menekan tumor dengan memproduksi (P-53). (P53 merupakan tumor supresor protein dan menyebabkan apoptosis sel kanker).
  1. Menghambat release cytokine : IL-8 (IL-8 = promosi metastasis dan angiogenesis). Selenium melakukan aksi memblok sel-sel normal agar tidak berubah menjadi sel kanker.
FUNGSI SELENIUMPenelitian yang telah banyak dilakukan tentang selenium, menambah daftar begitu banyak fungsi selenium bagi tubuh manusia. Grober, 2012 dan Fairweather-Tait et al, 2011 menuliskan beberapa fungsi dari selenium, yaitu :1. Selenium merupakan kofaktor regulatori dan katalitik untuk protein (enzim) yang mengandung selenosistein. Beberapa protein yang mengandung selenosistein :
  • GSH-peroksidase (GSH-Px) : Detoksifikasi hydrogen peroksida dan lipid hidroperoksida.
  • Tioreduksin reduktase (TrxR) : Reduksi disulfide menjadi gugus SH (misalnya GSSG menjadi GSH), regulasi faktor transkripsi yang sensitive terhadap redoks (contohnya NF-kB), pelipatan protein, biosintesis DNA, regenerasi beberapa antioksidan, termasuk vitamin C dan ubikuinol
  • Iodotironin deiodinase (tiroid) : konversi tiroksin (T4) menjadi triiodotironin (T3) yang aktif secara biologis
  • Selenoprotein P : Penyimpanan/transport selenium, perlindungan endothelium (pemecahan spesi nitrogen reaktif, seperti peroksinitrit).
2. Fungsi protektif antioksidan (GSH-Px, selenoprotein P, TrxR) : proteksi eritrosit, membrane fosfolipid,PUFA, dan organel sel.3. Imunokompetensi (seluler,humoral) : Proliferasi limfosit, produksi sitokin, sintesis gamma interferon, aktivitas sel T dan sel NK yang sitotoksik, produksi antibody.4. Aktivitas antikarsinogenik : kerja antiproliperatif dan proapoptotik pada sel tumor, inaktivasi segmen gen onkogenik, aktivitas antivirus antioksidatif, antimutagenik, potensiasi imunokompetensi humoral dan seluler5. Metabolism hormone tiroid : aktivasi tiroksin (T4) menjadi Triiodotironin (T3) (deiodinase) defisiensi selenium dapat memperburuk efek defisiensi iodine.6. Metabolism inflamasi: penghambatan faktor transkripsi yang sensitive terhadap redoks (misalnya NF-kB) dan prostaglandin /leukotrien proinflamasi, sitokin regulasi.7. Proliferasi dan diferensiasi sel (TrxR : Interaksi dengan faktor transkripsi sensitive-redoks)8. Sinergi dengan vitamin E, detoksifikasi (misalnya cadmium, merkuri). Selenium tampaknya membantu aktivitas vitamin E dalam menghambat lipidperoksidasi.
ANGKA KECUKUPAN GIZI UNTUK SELENIUMCancer Council supports the National Health and Medical Research Council menganjurkan intake makanan sumber selenium sebanyak 70 µg/hr untuk pria dan 60 µg/hr untuk wanita, dengan batas asupan tertinggi sebesar 400 µg/hr ( 6 kali lebih besar dari asupan normal selenium) (Cancer counsil, 2009).
SUMBER BAHAN MAKANANSelenium ditemukan dalam sereal, daging, telur, seafood dan ikan. Sereal menyediakan sekitar 50% selenium (Cancer counsil, 2009).
INTERAKSI DENGAN OBAT/NUTRIENInteraksi antara selenium dengan obat/nutrien adalah sebagai berikut :
  1. Gangguan absorpsi selenium : alkohol, antacid, laksatif, kemoterapi kanker,zink, dan vitamin C (Natrium selenit)
  1. Penurunan konsentrasi selenium serum : alkohol, klozapin, kortikoid, diuretik, asam valproat, kemoterapi kanker (misalnya sisplatin, doksorubisin)
  1. Gangguan status selenium : kemoterap/radioterapi, defisiensi vitamin B6 (Grober, 2012)
TANDA DAN GEJALA DEFISIENSIGrober, 2012 menuliskan beberapa tanda dan gejala defisiensi Selenium :
  1. UMUM : Kerentanan terhadap infeksi, kelelahan dan depresi
  1. DARAH : Hemolisis, peningkatan sintesis methemoglobin, penurunan aktivitas GSH-Px
  1. FERTILITAS : Sub-fertilitas
  1. KULIT : Eritematosa
  1. HORMON : Disfungsi tiroid (Penurunan T3)
  1. SISTEM IMUN : Imunodepresi, peningkatan kerentanan terhadap alergi (Perubahan Th1/Th2)
  1. JARINGAN OTOT : Miopati, kelelahan, astenia
  1. KANKER : Dapat meningkatkan insiden dan mortalitas (terutama prostat, kolon)
  1. PENYAKIT KESHAN : Nekrosis miokardial/kerusakan reperfusi (Kardiomiopati)
  1. PENYAKIT KASHIN-BECK : Degenerasi kartilago artikular antarsendi (osteoarthritis
Selanjutnya Fairweather-Tait et al, 2011 menuliskan efek selenium terhadap kesehatan yaitu :1.Penyakit KardiovaskulerPenelitian meta-analisis menunjukkan bahwa terhadap asosiasi biomarker selenium dengan CHD (Coronary heart Disease). Berdasarkan penelitian percobaaan klinis yang dilakukan bahwa suplemen selenium dapat mencegah CHD.2.Kankera. Kanker GastrointestinalMetanalisis yang dilakukan pada lima penelitian yang dipublish pada tahun 2007 yaitu meneliti efek selenium terhadap kanker gastrointestinal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa suplementasi selenium diasosiasikan dengan penurunan sekitar 25%-60% kejadian kanker gastrointestinal (included kanker esophageal, gastric, small intestine, colorectal, pancreatic, liver and biliary track).b. Kanker ProstatStudi case control di United State menunjukkan bahwa konsentrasi serum selenium > 151 ng/ml berhubungan dengan terjadinya penurunan resiko kanker prostat dibandingkan dengan kadar serum selenium dibawah 119 ng/ml. Dalam beberapa studi, salah satunya yang dilakukan oleh World Cancer Research , 2007 menunjukkan bahwa selenium dan suplemen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker prostat, namun penelitian ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.c. Kanker payudaraStudy terbesar yang dilakukan yaitu untuk melihat asosiasi antara beberapa polimorpism dalam 10 kunci gen yang dihubungkan dengan perbaikan kerusakan oksidatif pada > 4000 wanita dengan kanker payudara berkaitan dengan dua polimorpism pada GPx4 dengan meningkatnya resiko kematian. Studi baru-baru ini melihat hubungan selenium dengan faktor genetic BRCA 1. Penulis memperkirakan suplementasi selenium bermanfaat untuk carrier BRCA1 dan menurunkan kerusakan yang terjadi pada kromosom.Selanjutnya diketahui pula efek genotip dan polimorpism dikaitkan dengan selenium dan resiko kanker. Variasi SNPs dalam selenoprotein gen SEPP1, GPX1, GPX4 dan SEP15, dihubungkan dengan resiko kanker pada manusia (kanker paru, colorectal, kepala dan leher, prostat, payudara, kandung kemih, hati, dan lymphoma).3.Diabetes mellitusPenelitian tentang peran selenium pada diabetes tipe 2 yang dilakukan oleh Febiyanto et al, bahwa semakin tinggi kadar konsentrasi selenium baseline maka akan semakin tinggi risiko terkena DM tipe 2, dan sebaliknya. Teori yang dapat menjelaskan kejadian ini ( peningkatan resiko DM tipe 2 pada konsentrasi selenium baseline tinggi ) adalah adanya penghambatan spesies oksigen reaktif (SOR) sebagai second messenger pada penyignalan insulin, inkorporasi non spesifik selenometionin pada protein serum, serta pengurangan jumlah adiponektin yang dirangsang oleh tingginya konsentrasi selenoprotein p (SEPP). Pada subyek dengan kadar selenium baseline rendah atau adekuat, kadar selenium dalam jaringan serta konsentrasi GPx dan SEPP akan mencapai kadar yang optimal setelah suplementasi, sehingga mekanisme yang merangsang peningkatan resiko DM tipe 2 tidak akan terjadi.Kesimpulan dalam penelitian ini menyebutkan bahwa subyek dengan kadar selenium baseline yang rendah/adekuat akan memiliki GPx dan SEPP dalam kadar yang optimal setelah suplementasi sehingga mereka akan mendapatkan perlindungan dari timbulnya resiko DM tipe 2. Namun, setelah kadar maksimal terlewati, selenoprotein tadi akan mengganggu penyignalan insulin dengan menghambat SOR yang penting dan dengan menurunkan kadar adiponektin.4.InflamasiSelenium dapat mempengaruhi respon inflamasi, termasuk menghambat kaskade NF-kB, yang menginduksi produksi interleukin dan TNF-α (Tumor nekrosis factor –α).5.KesuburanPenelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa Selenium berperan dalam spermatogenesis pada pria dan kualitas semen (seperti jumlah sperma, volume semen, motility dan morphologi),dan kaitan selanjutnya juga menunjukkan bahwa selenium juga berhubungan dengan masalah reproduksi wanita seperti preeclampsia dan keguguran. PENELITIAN LAINPenelitian yang dilakukan oleh Rusiati, 2013, dimana peneliti melakukan percobaan, dengan meningkatkan kadar selenium pada tauge yang rendah akan kadar selenium. Dari penelitian tersebut tauge yang direndam dan disiram dengan larutan selenium memiliki kandungan selenium yang tinggi. Dalam penelitian tersebut menghasilkan bahwa tauge yang diperkaya dengan 1 µg/ml sodium selenite lebih direkomendasikan untuk dibudidayakan dan dikonsumsi.
SUPLEMEN SELENIUMSuplemen selenium terdiri dari :
1. Selenometionin
Suatu bentuk organic selenium yang tersedia secara alami dalam makanan, sekitar 90% diabsorpsi. Sebagian selenometionin yang dikonsumsi tidak secara spesifik bergabung ke dalam protein tubuh dalam menggantikan metionin dan bertindak sebagai bentuk depot selenium.
2. Natrium selenat
Natrium selenat hampir seluruhnya terabsorpsi, tetapi dalam jumlah yang banyak dieksresi dalam urine sebelum senyawa tersebut dapat bergabung ke dalam selenoprotein. Natrium selenit hanya sekitar 50% diabsorpsi tetapi lebih baik ditahan daripada selenat saat diabsorpsi.
3. Ragi selenium
Ragi selenium, suatu sumber selenometionin, digunakan untuk uji pencegahan kanker pada manusia dan cocok untuk suplementasi selenium nutrisional dalam jangka panjang. Sebagai komplementer terapi kanker, bentuk anorganik natrium selenit biasanya lebih dipilih daripada selenometionin karena bagian dari selenometionin yang teringesti tidak secara spesifik tergabung ke dalam protein tubuh sehingga dapat terakumulasi didalam tubuh. Selain itu, selenium yang berasal dari natrium selenit secara langsung tersedia untuk biosintesis selenoprotein dan dapat dikendalikan dengan lebih baik secara terapeutik (Grober, 2012).
Peranannya bagi KesehatanZat gizi (nutrisi) di dalam makanan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu nutrisi makro (macronutrition) dan nutrisi mikro (micronutrition). Karbohidrat, lemak dan protein termasuk ke dalam kelompok nutrisi makro karena memiliki kandungan kalori sebagai sumber energi dalam jumlah besar, sedangkan mineral dan vitamin termasuk ke dalam kelompok nutrisi mikro, yang sedikit atau bahkan tidak memiliki kandungan kalori. Meskipun nutrisi mikro dibutuhkan hanya dalam jumlah sedikit, namun keberadaannya dalam tubuh mutlak diperlukan karena nutrisi mikro berperan dalam berbagai proses fisiologis tubuh, seperti menjadi kofaktor dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh atau menjadi antioksidan.Bila dibandingkan dengan mineral lain seperti zat besi (Fe) ataupun kalsium (Ca), nama selenium (Se) relatif kurang dikenal oleh masyarakat. Selenium merupakan mineral yang banyak dijumpai di dalam tanah. Di dalam tubuh kita sendiri selenium termasuk nutrisi yang esensial dan hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, yaitu maksimal 55 mikrogram per hari menurut rekomendasi Food and Nutrition Board Institute of Medicine of the National Academic United States.Selenium dapat dijumpai dalam bentuk inorganik (selenate dan selenite) yang selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk organik (selenometionin dan selenosistein) yang memiliki peran penting di dalam tubuh. Makanan yang kaya selenium adalah kacang-kacangan, terutama kacang brazil, ikan tuna dan makanan laut lain, gandum-ganduman termasuk beras dan daging merah.
Selenium termasuk ke dalam nutrisi yang penting karena selenium adalah bagian dari enzim glutathione peroxidase (GPx) yang berperan sebagai antioksidan. Setiap hari, manusia terpapar oleh zat-zat bersifat oksidatif yang dapat merusak sel-sel tubuh. Oleh karena itu, zat antioksidan seperti GPx sangat diperlukan.Bagi kita yang tinggal di Indonesia, tidak perlu khawatir kekurangan selenium. Sebagai negara tropis, tanah di Indonesia kaya akan selenium sehingga produk pertanian seperti beras memiliki cukup kandungan selenium. Penyakit yang disebabkan kekurangan ataupun kelebihan selenium pun hampir tidak terdengar di Indonesia. Akan tetapi, asupan selenium dalam jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan masalah bagi tubuh. Bila Anda penggemar drama seri barat House MD, di dalam salah satu episodenya ditampilkan pasien yang terkena penyakit akibat terlalu banyak mengkonsumsi kacang Brazil, makanan yang kaya dengan selenium. Kacang Brazil mengandung lebih dari 500 mikrogram selenium per 6-8 biji. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain nafas berbau bawang putih (garlic odor), sensasi aneh seperti logam di daerah mulut, dan gangguan pencernaan. Dalam keadaan sehat, asupan selenium dapat terpenuhi dari makanan yang biasa dikonsumsi. Namun pada beberapa keadaan khusus, suplementasi (asupan tambahan) selenium diperlukan untuk proses penyembuhan. Pada penderita kanker, suplementasi selenium diperlukan pada proses terapi yang menggunakan radiasi ataupun kemoterapi. Sifat antioksidan selenium dapat melindungi sel-sel normal dari efek samping terapi kanker. Di sisi lain, selenium sendiri dapat membantu proses perusakan sel kanker. Para peneliti saat ini mulai melihat prospek suplementasi selenium sebagai bagian dari terapi penderita kardiovaskular. Penelitian awal di Public health Department Gunma University tempat penulis menimba ilmu saat ini dan di beberapa tempat lain menunjukkan selenium dapat meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL), atau yang lebih dikenal sebagai lemak baik. Hal ini dapat menurunkan penumpukan lemak pada pembuluh darah (aterosklerosis). Oleh karena itu, diharapkan ke depannya suplementasi selenium dapat digunakan pada orang sehat yang termasuk risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular, seperti orang-orang yang bekerja dalam tingkat stres yang tinggi dan orang-orang lanjut usia. Refference
  1. AKG 2012 dalam Pedoman PGRS Pelayanan Gizi RS. 2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
  2. Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
  3. Adopted materi by Ongko Susetya (Lecturer of UB).
  4. Cancer council. 2009. Selenium. Public Health Comitee. Cancer Councill Australia, http://www.cancer.org.au
  5. Fairweather –Tait, Susan J., Y Bao., MR Broadley., R. Collings., D Ford., JE Hesketh.,and R Hurst.       2011. Selenium in Human Health and Disease. School of Medicine, Health Policy and Practice, University of East Anglia, United Kingdom
  6. Febiyanto, Novian., C Yamazaki., S Kameo., DK Sunjaya., DMD Herawati., GI Nugraha., dan H Koyama. Peran Selenium pada Diabetes Type 2: Sebuah Kontradiksi. FK UNPAD Indonesia dan       Pascasarjana Kedokteran Universitas Gunma Jepang.
  7. Grober, Uwe. 2012. Mikronutrien : Penyelarasan Metabolik, Pencegahan dan Terapi. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Juli Ita Panggabean. EGC, Jakarta.
  8. Rusiati, 2013. Penambahan Selenium dalam tauge dan Analisa Spesies Selenium. Tesis yang dipublikasikan, Pascasarjana UNPAD (Bandung, Indonesia)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar